“YESUS TIDAK MATI DIBUNUH, TIDAK DISALIB”, artikel ini adalah penegasan atas firman ALLAH SWT dalam Alquran surah An-Nisaa ayat 157. Adapun mungkin yang masih membingungkan bagi penanya adalah masalah “diserupakan”.
Perlu diketahui, pertama, dalam Alquran dan tafsirnya tidak pernah disebutkan nama Yudas Iskariot. Alquran menyatakan, “diserupakan bagi mereka”. Kedua, Alquran juga tidak menyebut tentang adanya orang lain sebagai pengganti Nabi Isa as. Lalu, “diserupakan” yang bagaimana?
Ada dua pendapat berbeda di kalangan umat Islam dalam memaknai masalah “diserupakan”, tetapi perlu kami ingatkan di sini. Umat Islam tidak memiliki kepentingan atas wafat atau tidaknya Yesus. Yang berkeras mempertahankan doktrin “Yesus mati kayu salib” adalah pihak Kristen, karena berkaitan dengan kebangkitan dan penyelamatan, penebusan dosa manusia.
Berikut pengakuan Iman Rasuli atau bahasa latinnya Symbolum Apostolorum kadang disebut Kredo Para Rasul atau SYAHADAT PARA RASUL. Demikian isinya:
1. Aku percaya kepada Allah Bapa yang Mahakuasa, khalik langit dan bumi.
2. Dan kepada Yesus Kristus AnakNya Yang Tunggal, Tuhan Kita.
3. Yang dikandung daripada Roh Kudus, lahir dari anak dara Maria.
4. Yang menderita sengsara di bawah pemerintahan Pontius Pilatus, disalibkan mati dan dikuburkan turun ke dalam kerajaan maut.
5. Pada hari yang ketiga bangkit pula dari antara orang mati.
6. Naik ke surga, duduk di sebelah kanan Allah, Bapa yang Mahakuasa.
7. Dan dari sana Ia akan datang untuk menghakimi orang yang hidup dan yang mati.
8. Aku percaya kepada Roh Kudus.
9. Gereja yang Kudus dan Am, persekutuan Orang Kudus
10. Pengampunan Dosa.
11. Kebangkitan Tubuh.
12. dan Hidup Yang Kekal.
Bagi umat Islam, Nabi Isa as sudah wafat sebagaimana nabi-nabi yang lain, tidaklah masalah. Termasuk semua nabi memiliki istri-istri dan keturunan termasuk Nabi Isa as. Tapi hal ini yang membuat terpukul umat Kristen, bagaimana mungkin Tuhannya memiliki istri? Bahkan anak-anak? Lalu bagaimana cucu-cucu tuhan? Tinggal di mana mereka sekarang?
Dua pendapat yang berbeda tersebut adalah: pertama, Nabi Isa as diserupakan sebagai orang lain yakni Yudas Iskariot. Pendapat kedua, “diserupakan bagi mereka” bermakna penglihatan mereka lah yang tertipu. Seolah-olah melihat Nabi Isa sudah wafat di kayu palang, tapi ternyata belum, hanya diserupakan seperti orang meninggal. Perbedaan ini kita terima. Yang paling penting, janganlah karena perbedaan ini, kemudian umat Islam saling mengkafirkan satu dengan yang lain.
Metode Penyaliban
Dan yang perlu dipahami di sini adalah tentang metoda penyaliban. Esensi dari penyaliban bukanlah kematian itu sendiri, melainkan penderitaan saat menjelang kematian.
Terhukum akan dipaku kedua tangannya di tiang salib, dikarenakan berat tubuhnya maka si terhukum akan mengalami kesulitan nafas karena terhimpit paru-parunya hingga akhirnya hal ini akan mempercepat kematian. Namun untuk menambah penderitaan (memperlama proses kematian) maka pada telapak kaki diberikan sandaran papan dan kakinya dipakukan kepada papan tersebut. Penyaliban merupakan prosesi hukuman mati yang perlahan-lahan, dan biasanya memakan waktu sampai dengan tiga hari hingga ajalnya tiba. Umumnya kematian di tiang salib terjadi karena dua hal: pertama, oleh infeksi. Kedua, kematian disalib terjadi karena kelaparan dan dahaga.
Hakikat Hukuman Salib
Hakikat hukuman salib adalah kejamnya penyiksaan yang dirasakan oleh terhukum, bukan pada kematiannya. Sehingga untuk mempercepat kematian, terhukum akan dipatahkan kedua tulang kakinya sehingga terhukum tidak punya tempat untuk menyanggah bobot tubuhnya.
Dipatahkannya tulang-tulang kaki (shalb-salib/patahkan tulang mengeluarkan sumsum) merupakan salah satu prosesi yang harus dilakukan kepada terhukum. Tanpa pematahan tulang dan sumsum maka tidak bisa dikatakan telah di hukum salib, serta belum dapat dikatakan telah menjalani hukuman penyaliban.
Dokumen-dokumen Gereja pun membuktikan bahwa prosesi penyaliban yang dilakukan oleh Romawi pada masa lalu tidak selalu menggunakan kayu berpalang, tapi ada juga kayu tonggak lurus tanpa palang yang disebut juga sebagai penyaliban.
Jadi intinya, eksekusi penyaliban sebagaimana yang disebut dalam Alquran, tidak membahas tentang bentuk kayu yang digunakan. Tapi ‘penyaliban’ adalah sebuah proses ‘peremukan tulang’.
Maha benar Allah dengan segala firman-Nya. Nabi Isa tidak terbunuh akibat makar Yahudi sebagaimana mereka mengklaim bahwa Nabi Isa telah mereka bunuh. Nabi Isa as pun tidak mengalami peremukan tulang (penyaliban) yang menyebabkan kematian.
Demikianlah bagian akhir dari kisah Penyaliban Yesus ini.
Perlu diketahui, pertama, dalam Alquran dan tafsirnya tidak pernah disebutkan nama Yudas Iskariot. Alquran menyatakan, “diserupakan bagi mereka”. Kedua, Alquran juga tidak menyebut tentang adanya orang lain sebagai pengganti Nabi Isa as. Lalu, “diserupakan” yang bagaimana?
Ada dua pendapat berbeda di kalangan umat Islam dalam memaknai masalah “diserupakan”, tetapi perlu kami ingatkan di sini. Umat Islam tidak memiliki kepentingan atas wafat atau tidaknya Yesus. Yang berkeras mempertahankan doktrin “Yesus mati kayu salib” adalah pihak Kristen, karena berkaitan dengan kebangkitan dan penyelamatan, penebusan dosa manusia.
Berikut pengakuan Iman Rasuli atau bahasa latinnya Symbolum Apostolorum kadang disebut Kredo Para Rasul atau SYAHADAT PARA RASUL. Demikian isinya:
1. Aku percaya kepada Allah Bapa yang Mahakuasa, khalik langit dan bumi.
2. Dan kepada Yesus Kristus AnakNya Yang Tunggal, Tuhan Kita.
3. Yang dikandung daripada Roh Kudus, lahir dari anak dara Maria.
4. Yang menderita sengsara di bawah pemerintahan Pontius Pilatus, disalibkan mati dan dikuburkan turun ke dalam kerajaan maut.
5. Pada hari yang ketiga bangkit pula dari antara orang mati.
6. Naik ke surga, duduk di sebelah kanan Allah, Bapa yang Mahakuasa.
7. Dan dari sana Ia akan datang untuk menghakimi orang yang hidup dan yang mati.
8. Aku percaya kepada Roh Kudus.
9. Gereja yang Kudus dan Am, persekutuan Orang Kudus
10. Pengampunan Dosa.
11. Kebangkitan Tubuh.
12. dan Hidup Yang Kekal.
Bagi umat Islam, Nabi Isa as sudah wafat sebagaimana nabi-nabi yang lain, tidaklah masalah. Termasuk semua nabi memiliki istri-istri dan keturunan termasuk Nabi Isa as. Tapi hal ini yang membuat terpukul umat Kristen, bagaimana mungkin Tuhannya memiliki istri? Bahkan anak-anak? Lalu bagaimana cucu-cucu tuhan? Tinggal di mana mereka sekarang?
Dua pendapat yang berbeda tersebut adalah: pertama, Nabi Isa as diserupakan sebagai orang lain yakni Yudas Iskariot. Pendapat kedua, “diserupakan bagi mereka” bermakna penglihatan mereka lah yang tertipu. Seolah-olah melihat Nabi Isa sudah wafat di kayu palang, tapi ternyata belum, hanya diserupakan seperti orang meninggal. Perbedaan ini kita terima. Yang paling penting, janganlah karena perbedaan ini, kemudian umat Islam saling mengkafirkan satu dengan yang lain.
Metode Penyaliban
Dan yang perlu dipahami di sini adalah tentang metoda penyaliban. Esensi dari penyaliban bukanlah kematian itu sendiri, melainkan penderitaan saat menjelang kematian.
Terhukum akan dipaku kedua tangannya di tiang salib, dikarenakan berat tubuhnya maka si terhukum akan mengalami kesulitan nafas karena terhimpit paru-parunya hingga akhirnya hal ini akan mempercepat kematian. Namun untuk menambah penderitaan (memperlama proses kematian) maka pada telapak kaki diberikan sandaran papan dan kakinya dipakukan kepada papan tersebut. Penyaliban merupakan prosesi hukuman mati yang perlahan-lahan, dan biasanya memakan waktu sampai dengan tiga hari hingga ajalnya tiba. Umumnya kematian di tiang salib terjadi karena dua hal: pertama, oleh infeksi. Kedua, kematian disalib terjadi karena kelaparan dan dahaga.
Hakikat Hukuman Salib
Hakikat hukuman salib adalah kejamnya penyiksaan yang dirasakan oleh terhukum, bukan pada kematiannya. Sehingga untuk mempercepat kematian, terhukum akan dipatahkan kedua tulang kakinya sehingga terhukum tidak punya tempat untuk menyanggah bobot tubuhnya.
Dipatahkannya tulang-tulang kaki (shalb-salib/patahkan tulang mengeluarkan sumsum) merupakan salah satu prosesi yang harus dilakukan kepada terhukum. Tanpa pematahan tulang dan sumsum maka tidak bisa dikatakan telah di hukum salib, serta belum dapat dikatakan telah menjalani hukuman penyaliban.
Dokumen-dokumen Gereja pun membuktikan bahwa prosesi penyaliban yang dilakukan oleh Romawi pada masa lalu tidak selalu menggunakan kayu berpalang, tapi ada juga kayu tonggak lurus tanpa palang yang disebut juga sebagai penyaliban.
Jadi intinya, eksekusi penyaliban sebagaimana yang disebut dalam Alquran, tidak membahas tentang bentuk kayu yang digunakan. Tapi ‘penyaliban’ adalah sebuah proses ‘peremukan tulang’.
Maha benar Allah dengan segala firman-Nya. Nabi Isa tidak terbunuh akibat makar Yahudi sebagaimana mereka mengklaim bahwa Nabi Isa telah mereka bunuh. Nabi Isa as pun tidak mengalami peremukan tulang (penyaliban) yang menyebabkan kematian.
Demikianlah bagian akhir dari kisah Penyaliban Yesus ini.