Pages

Sabtu, 05 November 2011

ISA ALAIHI SALLAM HUBUNGANNYA DENGAN ROH KUDUS



Siapakah Sebenarnya Roh Kudus atau Ruhullah itu?

Jawab: Perhatikan firman Allah SWT berikut ini:

قُلْ نَزَّلَهُ رُوحُ الْقُدُسِ مِن رَّبِّكَ بِالْحَقِّ لِيُثَبِّتَ الَّذِينَ آمَنُواْ وَهُدًى وَبُشْرَى لِلْمُسْلِمِينَ

"Katakanlah: "Ruhul Qudus (Jibril) menurunkan Al Qur'an itu dari Tuhanmu dengan benar, untuk meneguhkan (hati) orang-orang yang telah beriman, dan menjadi petunjuk serta kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)."  (QS. An-Nahl [16]:162)

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menulis dalam bukunya al-Jawab Ash-Shahih li man Baddala bi Din al-Masih - ditahqiq dan dikomentari oleh Dr. Ali bin Hasan, Dr. Abdul Aziz Askar dan Dr. Hamdan al-Hamdani (3/248) - tentang penjelasan makna yang tepat terhadap kata ruhullah - Ruh Allah, adalah malaikat yang merupakan ruh pilihan Allah, dan Allah mencintainya seperti tersebut dalam al-Quran: "Lalu Kami mengutus ruh Kami kepadanya, maka ia menjelma di hadapannya (dalam bentuk) manusia yang sempurna." Maryam berkata: "Sesungguhnya aku berlindung daripadamu kepada Yang Maha Pemurah, jika kamu seorang yang bertaqwa." la (Jibril) berkata: "Sesungguhnya aku ini hanyalah seorang utusan Tuhanmu, untuk memberimu seorang anak laki-laki yang suci." (QS. Maryam [19]:17-19).

Allah memberitakan bahwa Dialah yang mengirim ruh-Nya (melalui ruhullah - Jibril AS) kepada nabi Isa, lalu nabi Isa menjadi manusia yang sempurna. Kita semua mengetahui bahwa nabi Isa adalah rasul utusan Allah. Maka dapat mengerti bahwa ruh yang dimaksud dalam ayat tersebut adalah malaikat, yaitu ruh pilihan Allah. Allah menyandingkan kata ruh itu kepada Dzat-Nya, sama halnya dengan penyandingan kata benda yang lain dengan lafzul jalalah, seperti dalam ayat: "(Biarkanlah) unta betina Allah dan minumannya." (QS. asy-Syams [91]:13) dan ayat: "Dan sucikanlah rumah-Ku ini bagi orang-orang yang thawaf dan orang-orang yang beribadat dan orang-orang yang ruku' dan sujud" (QS. AI-Hajj[22]:26) dan firman Allah: "(Yaitu) mata air (dalam surga) yang daripadanya hamba-hamba Allah minum." (QS. Al-Insan [76]: 6)

Kata yang disandingkan kepada Allah, jika itu adalah kata keterangan (sifat), tidak bermakna makhluk, seperti kata `llm, Qudrah, Kalam, dan Hayat (hidup), menjadi sifat kesucian Allah. Dan jika kata itu adalah kata benda, ia berdiri sendiri atau menjadi kata keterangan dari yang lain, contohnya: kata bait (rumah), naqah (unta), 'abd (hamba) dan ruh (nyawa) menjadi milik, ciptaan yang disandarkan kepada pencipta dan pemiliknya.

Hanya saja, dalam kaidah idhafat, mudhaf ilaih tidak terlepas dari pengkhususan kata mudhaf dengan sifat yang membuat mudhaf ilaih berbeda dari yang lain sebagai syarat sahnya idhafat. Misalnya dalam hal ini khusus Ka'bah, Naqah (unta tertentu) dan Ibadussholihin (hamba-hamba shalih)-lah yang sesungguhnya dimaksudkan dalam idhafat baitullah, naqatullah dan ibadullah.

Demikianlah ruh khusus pilihan Allah yang disebut dalam idhafat ruhullah tadi tidak boleh dijeneralisir sehingga termasuk ruh-ruh yang buruk, seperti syaitan, Iblis, orang kafir, dlsb.

Ruh syaitan dan orang-orang kafir itu memang makhluk ciptaan Allah, namun tidak sah diidhafatkan kepada Allah seperti mengidhafatkan ruh-ruh yang suci dan bersih. Begitu juga tidak sah mengidhafatkan segala benda mati kepada Allah kecuali Ka'bah, dan tidak sah mengidhafatkan unta-unta lain kecuali naqatullah (unta Allah) sebagaimana diterangkan dalam surat asy-Syams di atas, yaitu unta nabi yang Shalih.

Menurut Syaikh Abdullah bin Abdurrahman Al-Jibrin, makna yang benar dari idhafat ruhullah itu adalah 'malaikat utusan dari sisi Allah' seperti yang dijelaskan dalam Al-Qur'an: "Ia (Jibril) berkata: "Sesungguhnya aku ini hanyalah seorang utusan Tuhanmu, untuk memberimu seorang anak laki-laki yang suci." (QS. Maryam[19]:19). Bukan seperti yang selama ini diimani oleh umat Nasrani sebagai: `Ruh Allah menyatu dengan jasad Isa' atau`Ruh Allah berpindah ke jasad Isa'. Mahasuci Allah setinggi-tingginya dari prasangka seperti itu.

Seandainya keyakinan umat Nasrani di atas benar, pasti Allah juga akan mewajibkan mereka untuk menyembah Nabi Adam AS. Sebab ayah dari seluruh umat manusia ini bahkan diciptakan tanpa ayah dan ibu, dan lebih jauh lagi, ruh Nabi Adam AS ditiupkan oleh Allah SWT tanpa melalui perantara malaikat Jibril (ruhullah) yang dalam penciptaan Nabi Isa AS, harus turun dulu ke bumi untuk menemui Maryam.

Difirmankan oleh Allah SWT, sebagaimana tersirat dalam Al-Quran "Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniupkan ke dalamnya ruh (ciptaan)-Ku, maka tunduk kamu kepadanya dengan bersujud."  (QS. Al-Hijr [15] : 29).

Di sana terlihat bahwa sesungguhnya tiada perbedaan antara peciptaan Nabi Adam AS dan Nabi Isa AS, begitu juga dengan seluruh umat manusia ciptaan Allah SWT.

Allah menegaskan hal itu dalam Al-Quran:

"Sesungguhnya penciptaan 'Isa di sisi Allah, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya: "Jadilah" (seorang manusia), maka jadilah dia." (QS. Ali `Imran 3:59).

Kesimpulannya, sudah seharusnya mereka yang berkeyakinan di luar batasan ini untuk kembali ke ajaran yang benar. Berpaling dari kekeliruan selama ini untuk selanjutnya menyembah Allah yang Esa, yang tiada satu dzat pun pantas menjadi sekutu-Nya.

Wallahu'alambissawab.